Tari Rangguk Ayak : Sejarah, Properti, Gerakan dan Pola Lantai

Tari Rangguk Ayak – Sumatera merupakan pulau yang dikenal akan kekayaan seni tarinya. Termasuk di antaranya adalah tari Rangguk Ayak dari Jambi. Sebagai tarian tradisional, Rangguk Ayak memiliki keunikan tersendiri berupa gerak mengangguk-angguk.

Di balik keunikan serta kepopulerannya yang terus dilestarikan hingga kini, belum banyak yang mengetahui lebih lanjut tentang tarian ini. Berikut pembahasan selengkapnya:

Tari Rangguk Ayak


Asal Tari Rangguk Ayak

Sejarah Tari Rangguk Ayak

Tarian Rangguk Ayak berasal dari Jambi, tepatnya dusun Cupak dimana mayoritas penduduk yang tinggi merupakan suku Kerinci. Suku ini konon merupakan keturunan dari Proto Melayu, atau yang disebut juga dengan Melayu Kuno.

Kata Rangguk Ayak berasal dari gerakan utamanya, yakni mengangguk-angguk. Kendati begitu, ada berbagai pendapat yang menyatakan perbedaan arti dari kata “rangguk” ini sendiri.

Rangguk berasal dari dialek suku Kerinci Hulu, disebut juga dengan rangguk atau ranggok. Perbedaan dialek ini dapat menimbulkan makna yang berbeda pula.

Masyarakat Kerinci Hulu menyebutnya sebagai merangguk, dan rangguk dua belas. Selain itu ada juga pendapat yang menyebutkan jika rangguk adalah gabungan “uhang” serta “ranggok”.

Masyarakat Kerinci memang sering menyingkat kata sehingga menjadi satu. Uhang bermakna orang, sedangkan ranggok artinya mengangguk.

Jika digabungkan, maknanya adalah orang yang sedang mengangguk. Hal tersebut dipercaya berhubungan dengan asal-usul tarian ini yang berkaitan dengan agama yang dianut masyarakat Jambi.

Di abad 19 saat itu, seorang ulama asal dusun Cupak melakukan perjalanan untuk menunaikan ibadah haji. Di Mekkah, beliau menemukan suatu budaya yang memberikan kesan mendalam di benaknya.

Budaya ini merupakan penampilan musik berupa rebana yang dimainkan para pemuda. Ulama merasa terkesan dengan kesenian dan keterampilan para pemuda memainkan rebana.

Setelah merasa cukup menjalankan ibadahnya, beliau memutuskan kembali ke kampung halamannya beberapa tahun kemudian.

Ulama tersebut kemudian berusaha menyebarkan ilmu yang didapatkannya selama belajar di Mekkah untuk masyarakat di sekitarnya.

Hal ini karena di masa itu suku Kerinci sangat senang melakukan kegiatan seperti berjudi, sabung ayam, hingga mabuk-mabukan.

Dengan membagikan ilmunya melalui dakwah, ternyata beliau belum mendapatkan respon positif. Banyak yang menghiraukannya dan justru semakin tenggelam dalam perbuatan maksiat.

Baca Juga: Tari Rantak


Sejarah Tari Rangguk Ayak

Properti Tari Rangguk Ayak

Usaha sang ulama tidak berhenti begitu saja karena penolakan masyarakat. Beliau berusaha mencari cara agar ilmu Islam dapat diterima.

Dari sinilah beliau mendapatkan ide untuk menggabungkan kesenian berupa rebana yang telah beliau pelajari di Mekkah serta silat Melayu. Silat merupakan kesenian khas daerah, sehingga lebih familiar bagi masyarakat. Dari sinilah tari Rangguk Ayak terbentuk.

Sesuai dengan harapan sang ulama, rupanya cara ini mulai membuahkan hasil. Cukup banyak pemuda yang tertarik mengamati dan mempelajarinya.

Hingga kemudian para pemuda tersebut justru menjadi bagian dari orang-orang yang menyebarkan ajaran Islam melalui tarian ini. Ajaran ulama tersebut semakin banyak diikuti masyarakat Jambi, bahkan hingga beliau telah meninggal dunia.

Di awal perkembangannya, tarian ini hanya dimainkan kaum laki-laki. Biasanya para pemuda ini duduk bersama di beranda selepas lelah bekerja.

Mereka kemudian menarikan tariannya sambil memainkan rebana untuk menghibur diri dan melepas lelah. Tarian ini tadinya tidak dibawakan perempuan.

Kendati demikian, mulai 1950-an perempuan sudah diizinkan mementaskan tarian ini dan kepopulerannya justru semakin meningkat.

Saat ini, Rangguk Ayak tidak lagi diperuntukkan bagi kalangan tertentu saja. Semua orang diperbolehkan untuk mempelajari dan membawakannya.

Kesenian ini melekat di benak masyarakat dan terus dilestarikan hingga masa mendatang dan menjadi bagian dari budaya Jambi. Seiring zaman yang terus berkembang, rebana serat silat mulai dipisahkan menjadi dua jenis yang berbeda.

Silat diajarkan sendiri, sementara itu rebana diberi nama sebagai tarian Rangguk Ayak dimana penari memainkan rebana sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.


Properti Tari Rangguk Ayak

Asal Tari Rangguk Ayak

Setiap tarian dapat ditampilkan dengan memanfaatkan berbagai properti yang dapat mendukung jalannya pertunjukan. Tanpa adanya properti yang cukup.

Keindahan serta makna tarian akan sulit untuk tersampaikan kepada para penonton. Untuk tarian Rangguk Ayak yang gerakannya terbilang sederhana, berikut properti yang wajib ada:

1. Pakaian

Penari perempuan yang membawakan tari Rangguk Ayak mengenakan baju adat bernama baju kurung. Baju ini biasanya bernuansa Islami, dengan lengan panjang.

Warnanya bebas, namun biasanya warna cerah seperti merah atau ungu dengan perpaduan corak keemasan.  Bawahannya mengenakan kuluk, yang juga ditambahkan hiasan berwarna emas dan kerudung muslimah yang menutupi seluruh rambutnya.

Untuk penari yang laki-laki, biasanya mengenakan baju berlengan panjang dengan bawahan berupa celana panjang.  Warna pakaian ini biasanya disesuaikan dengan penari perempuan. Bagian kepala memakai peci berwarna hitam, dengan tambahan kain yang disampirkan di pundak.

2. Rebana

Rebana merupakan properti utama yang dibutuhkan untuk menunjang penampilan Rangguk Ayak. Bahan yang digunakan untuk membuat rebana ini merupakan kulit hewan yang sudah dilapisi, lalu dipasangkan di kayu berbentuk setengah lingkaran.

Tidak lupa juga dihias dengan pola tertentu sehingga menambah keindahan rebana tersebut. Hiasan diukir sehingga menambah unsur seni.

Ukuran dari rebana yang digunakan dalam tari Rangguk Ayak juga beragam. Ada yang sangat besar hingga kecil, dibawa oleh masing-masing penari.

Untuk itulah jumlah rebana yang disiapkan untuk Rangguk Ayak disesuaikan dengan jumlah penari yang ikut dalam pertunjukan.

3. Selendang

Selendang menjadi properti tambahan untuk menampilkan pertunjukan Rangguk Ayak. Biasanya yang mengenakan selendang adalah penari perempuan.

Fungsinya sebagai penambah unsur estetika yang warnanya disesuaikan dengan pakaian penari. Hiasan ini dapat dipadupadankan sehingga dapat mengisi kekosongan pada kostum yang dipakai oleh penari.

4. Aksesoris

Beberapa penari mengenakan aksesoris yang dapat memperindah penampilan. Contohnya saja gelang, anting-anting, serta riasan.

Tidak semua penari mengenakan hijab, ada juga yang memakai mahkota berbentuk lingkaran yang mengelilingi kepala. Sementara itu rambutnya diikat satu dan dibiarkan tergerai ke belakang.

Baca Juga: Tari Rara Ngigel


Pola Lantai Tari Rangguk Ayak

 Tari Rangguk Ayak

Pola lantai merupakan unsur penting yang tidak terlihat secara langsung namun berperan terhadap gerakan dan posisi penari.

Dengan adanya pola ini, penari akan bergerak dengan arah tertentu yang membuat tarian terlihat lebih indah. Bahkan, pola lantai juga mengandung filosofi tersendiri.

Dalam Rangguk Ayak, pola lantai yang digunakan di awal kemunculannya yaitu melingkar. Hal ini karena, ketika itu penari cukup duduk dalam posisi melingkar kemudian memainkan rebananya sambil menggerakkan kepala dan membacakan puji-pujian.

Setelah tarian ini berkembang menjadi adat untuk penyambutan, pola lantainya menjadi sejajar (horizontal). Dengan pola tersebut, penari berdiri secara berjajar, menandakan manusia yang sebenarnya diciptakan dengan derajat yang sama oleh Tuhan.

Tidak hanya menganggukkan kepalanya, penari juga melakukan gerakan badan yang sesuai dengan ritme musik dan memiliki keunikan tersendiri.

Baca Juga: Tari Ratoh Jaroe


Gerakan Tari Rangguk Ayak

Gerakan yang terdapat dalam tarian ini cukup beragam, beberapa di antaranya terinspirasi dari kehidupan makhluk hidup misalnya gerak lenggokan manusia, liuk tumbuhan, hingga karakteristik hewan tertentu.

Namun, Rangguk Ayak didominasi oleh gerakan sederhana berupa kepala yang diangguk-anggukkan sambil membacakan pujian atau pantun.

Gerakan utama dalam tarian ini adalah menganggukkan kepalanya sambil memegang rebana. Dalam melakukan gerakan ini, posisi penari bisa sambil duduk ataupun berdiri, asalkan berbaris rapi secara berjajar. Sambil melakukan gerakan, penari mengungkapkan rasa syukurnya kepada Tuhan.

Gerakan makhluk hidup seperti manusia, hewan, hingga tumbuhan juga merupakan apresiasi akan kehidupan yang beriringan dengan berbagai makhluk hidup sehingga membentuk sebuah harmoni.


Keunikan Tari Rangguk Ayak

Rangguk Ayak merupakan tarian yang unik, dimana penari Baik penari perempuan maupun laki-laki membawa rebana untuk mengiringi tariannya.

Terlebih, rebana tersebut juga ukurannya berbeda-beda sehingga membuat penonton merasakan sesuatu yang berbeda. Ada yang sangat kecil hingga jauh lebih besar.


Fungsi Tari Rangguk Ayak

Fungsi dari tarian tradisional yang sudah ada sejak masa lampau biasanya turut mengikuti perkembangan zaman. Dari yang awalnya terbatas untuk kalangan tertentu saja.

Hingga sekarang menjadi konsumsi khalayak luas sebagai peninggalan kebudayaan yang khas. Berikut ini fungsi dari tarian Rangguk Ayak:

1. Fungsi Moral dan Edukasi

Berdasarkan sejarahnya, fungsi yang utama dari penciptaan tarian ini diperuntukkan sebagai media dakwah agar lebih menarik. Metode ini terbukti efektif, karena untuk menyampaikan sebuah ajaran diperlukan sesuatu yang membuat orang ingin mempelajarinya.

Melalui kesenian inilah ulama yang menemukan Rangguk Ayak membagikan ilmunya kepada masyarakat saat itu. Hingga saat ini, meski beliau telah tiada, nyatanya manfaat Rangguk Ayak dari segi moral maupun edukasi masih menjadi aspek yang terdapat dalam tarian ini.

Dapat dilihat dari gerakannya yang banyak disertai ungkapan syukur, pantun, dan pujian terhadap Tuhan. Dengan begitu, masyarakat diingatkan untuk senantiasa mensyukuri berkah yang dimilikinya meski kecil.

2. Fungsi Hiburan

Tidak hanya sebagai media untuk menyampaikan ungkapan syukur kepada sang pencipta, tari Rangguk Ayak juga merupakan hiburan yang menarik.

Banyak orang penasaran menyaksikan penampilan tari sekaligus iringan rebana yang merupakan ciri khas dari Mekkah. Wajar jika tarian ini sering ditampilkan saat hendak menyambut tamu.

Selain itu juga kerap kali ditampilkan pada acara resmi adat Kerinci misalnya pengangkatan kepala suku yang baru, Kenduri Sko, hingga adat pengangkatan Datuk.

Tarian ini dipercaya dapat membangkitkan emosi positif kepada penonton yang menyaksikannya sekaligus senantiasa mengingat sang pencipta.

3. Fungsi Interaksi Sosial

Fungsi berikutnya berhubungan dengan relasi sosial. Manusia merupakan makhluk sosial, sehingga interaksi antar sesama sangat dibutuhkan. Untuk saling terhubung, tarian dapat menjadi sarana yang mampu menjembatani.

Misalnya pertemuan antar budaya pada pagelaran seni, atau penyambutan tamu penting yang berasal dari luar Jambi.

Pertemuan seperti ini dapat mengembangkan relasi antar daerah, sekaligus berbagi ilmu maupun informasi yang bermanfaat satu sama lain.

Relasi pertemanan bisa bertambah, begitu juga dengan pengenalan sektor pariwisata di Jambi. Hal ini dapat meningkatkan hubungan baik antar daerah.


Penutup Artikel Tari Rangguk Ayak

Demikian ulasan mengenai tari Rangguk Ayak, kesenian populer kebanggaan Jambi. Dimulai dari penampilannya yang terbatas untuk sarana dakwah hingga perubahan fungsi menjadi media penyambutan tamu.

Tarian ini tidak terbatas dimainkan kalangan muda saja, namun juga yang lebih tua sehingga dapat memberi kesempatan bagi banyak orang untuk mengenal dan mempelajarinya.

Rangguk Ayak menjadi karakteristik Jambi yang lekat di ingatan masyarakat hingga kini. Tidak hanya lekat dengan budaya Muslim, tarian ini juga bisa dinikmati oleh berbagai kalangan.

Perpaduan antara musik yang ceria dengan tarian sederhana namun menghibur menjadi kegembiraan tersendiri baik yang membawakan maupun menontonnya.

 Tari Rangguk Ayak

Tinggalkan komentar